Thursday, August 30, 2012

(Cerpen) Berjuanglah Cleo























Cleo memandang ke langit yang saat ini berwarna abu-abu pekat. Matanya menerawang jauh menembus lembutnya awan diatas sana, sesekali terdengar hembusan nafas berat seakan terlalu banyak beban di dirinya yang ingin ia keluarkan , melemparnya jauh hingga terbang tak terlihat. Beberapa menit kemudian butiran-butiran air jatuh dari awan abu-abu pekat itu, membasahi seluru isi bumi. “Hujan..” bisik Cleo dibalik jendela kamarnya. Dari arah pintu terdengar suara gadis yang sedang bersenandung menyanyikan lagu Jepang, suara itu semakin keras saat memasuki kamar Cleo, nyanyian itu sukses memecahkan keheningan yang menyelimuti Cleo.



“Cleo kok belakangan ini kamu murung terus?” Tanya Melody sambil menghempaskan tubuhnya kekasur empuk. “Cleoo” panggil Melody saat tidak mendengar jawaban dari pertanyaanya, “Hey Cleo..” tepukan kecil dipundak Cleo menyadarkannya dari lamunan, “Sudah lama Mel?” Tanya Cleo terkejut mendapati sahabatnya sudah berada dikamarnya tanpa ia sadari. “tau ah. Keluar yuk” ajak Melody sambil menarik tangan sahabatnya itu yang belakangan ini terlihat murung. “Kemana?” Tanya Cleo sambil bangkit dari duduknya. “Terserah. Bosen tau! belakangan ini kamu tidak asik” keluh Melody sambil mengeluarkan baju hangat dari lemari Cleo. “Maaf..” sambung Cleo pelan dan singkat. Melody tidak mengerti dengan sikap sahabatnya belakangan ini, tapi ia selalu menghargai urusan pribadi sahabatnya meskipun mereka sudah bersahabat sejak kecil hingga sekarang, toh Cleo akan cerita padanya saat waktu sudah tepat menurut Cleo. Jadi selama ia bersabar menunggu hingga Cleo mau menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya , Melody hanya mampu menghiburnya karena ia tahu saat ini Cleo sedang mengalami sesuatu yang bukanlah menyenang kan. “Pakai itu aja. Terus kita keluar” perintah Melody sambil berlalu melewati pintu.

“Mau kemana sayang?” Tanya mama Cleo, yang ditanya hanya diam menaikan pundaknya, “Cari pelangi tante hehehe..” jawab Melody asal sambil cengegesan kemudian menarik tangan sahabatnya buru-buru keluar. Didalam mobil Honda jazz milik Melody, Cleo maupun Melody hanya memilih diam, Melody memberi ruang untuk Cleo agar merasa tidak terganggu, Melody harap Cleo mau menceritakan masalahnya sekarang, tapi harapan Melody sia-sia karena Cleo malah memilih tidur selama perjalanan. “Hey hey. Nih..” panggil Melody membangunkan Cleo sambil menawarkan es cream. Cleo tersenyum sambil mengambil es cream yang diberikannya. “Dufan? Ngapain” Tanya Cleo heran. Melody tidak suka main di Dufan tapi kali ini ia malah di ajak main ke Dufan. 



“Agar kamu bisa teriak sesuka hati mu. Keluarin beban yang ada disini!” tunjuk Melody tepat kearah dada Cleo. Cleo tersenyum, Permainan yang dipilih Cleo bukan permainan yang bisa mengeluarkan jeritan, melainkan ia memilih masuk ke istana boneka, rumah miring dan serupanya. “Naik hysteria yuk” ajak Melody, tapi Cleo hanya menggelengkan kepalanya, “takut ah” jawabnya singkat. “Takut kenapa? Bukannya kamu suka sesuatu yang menantang?” Tanya Melody heran. “Takut jantung aku copot hahaha” jawab Cleo sambil tertawa, Melody pun ikut tertawa dengan lelucon garing dari Cleo. “Pulang yuk” ajak Cleo sambil berjalan di depan Melody. “Heeyy ga seru nih” keluh Melody kemudian menyamakan langkahnya.



“Mel, mulai besok kamu jangan ganggu-ganggu aku lagi yah” Cleo akhirnya mengangkat suara memecahkan keheningan didalam mobil. “Kenapa Cleo? Aku ada salah sama kamu tadi yah?” Tanya Melody sedikit kecewa. Biasanya kalau mereka bertengkar atau kalau Melody ada salah, Cleo hanya mogok ngomong sama dirinya atau mogok ketemu bukan malah menyuruhnya pergi jauh meninggalkanya. “Aku minta maaf kalau aku ada salah ya Cleo” sambung Melody. “Kamu terlalu banyak salah. Aku malas aja bersahabat sama orang berisik seperti kamu, kamu tuh tidak bisa mengerti perasaan orang lain tau ga sih?” tegur Cleo dengan nada sinis. “Maaf deh Cleo, kalau kamu lagi bad mood, aku ajak kamu main agar kamu bisa sedikit melupakan masalah kamu. Bukannya buat aku senang-senang sendiri. Bukan kok..” jelas Melody sambil memperlambat laju mobilnya. “Udah deh. Tolong berhenti dong Mel”. “Loh..kenapa Cleo?”. “Aku mau turun”. “Aku antar aja sampai rumah”. “Please deh Mel, Kenapa sih kamu suka maksa ?” jerit Cleo menatap geram kearah Melody sontak Melody me-ngerem mobilnya tiba-tiba takut Cleo menuduhnya yang tidak-tidak lagi. Dipandangi punggung sahabatnya yang semakin jauh dari mobil, tanpa disadari butiran air mata membasahi pipi Melody. “Kamu kenapa Cleo? Aku salah apa? Kalau aku salah maafin dong. Bukan malah seperi ini” keluh Melody yang tengah memeluk setir mobilnya sambil menangis, suara kelakson dari mobil lain tidak lagi digubris Melody.

“sayang kok pulang sendirian? Melody mana?” Tanya mama Cleo heran melihat anaknya pulang menggunakan taxi. “Cleo capek ma. Mau tidur” tanpa menjawab pertanyaan, mamanya Cleo pun masuk kekamar, “Cleo, sayang kamu kenapa?” Tanya mama Cleo sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar anaknya. “Udah deh mama, kenapa sih mama mau tau segalanya? Aku udah besar ma, jadi aku punya hal yang tidak perlu aku ceritakan ke mama lagi kan, Tolong mengerti ma” teriak Cleo dari dalam kamarnya , teriakan Cleo mengejutkan mamanya, tidak pernah Cleo seperti ini entah apa yang terjadi dengan anaknya, tapi bagi mama Cleo hal itu membuatnya sangat sedih karena sifat anaknya mulai berubah.

Semalaman Cleo tidak dapat tertidur, ia terus terjaga. Bukan karena sikapnya kepada mamanya atau ke Melody tapi lebih karena sesuatu yang selama ini menjadi bebannya. Pagi ini Cleo berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, ia keluar rumah tanpa pamit dengan mamanya, setengah jam kemudian Melody datang kerumah Cleo untuk melihat kondisi sahabatnya itu dan berharap Cleo sudah tidak marah lagi padanya, tapi bukannya bertemu dengan sahabat yang membuatnya khawatir seharian, melainkan mendapatkan curhat yang begitu pedih dari mama Cleo. “Cleo kamu kenapa sih ?” Tanya Melody lebih pada dirinya sendiri mungkin saja ia menemukan jawabannya, tapi ia Melody bukan Cleo tentu saja pertanyaannya tadi hanya bisa dijawab oleh Cleo bukan dirinya.



Disekolah ia tidak menemukan sosok sahabatnya itu. “Jeje kamu liat Cleo ?” Jeje teman sekelas Melody dan Cleo hanya menggelengkan kepalanya. Setelah mencari di segala penjuru sekolah tapi tidak menemukan sosok Cleo , Melody pun putus asa dan kembali ke kelas. Setiap guru mata pelajaran menanyakan keberadaan Cleo pada Melody, ia hanya mampu mengatakan tidak tahu. Padahal selama ini ia selalu tahu tentang sahabatnya itu.



Sudah seminggu Cleo tidak masuk sekolah, mama Cleopun heran ketika Melody datang mencari Cleo karena anaknya itu izin menginap dirumah Melody selama 15 hari. HP Cleo pun tidak aktif, segala tempat yang sering didatangi Cleo sudah didatangi oleh Melody, tapi yang dicari tidak juga ketemu. Derai air mata isak tangis tak berhenti ditunjukan mama Cleo terhadap Melody. “Tante yang sabar yah. Besok kita cari lagi. Sekarang sudah jam 1 pagi, papa aku juga belum berhasil nemuin Cleo. Saran mama aku mending kita istirahat dulu, menjernihkan pikiran. Siapa tau ada tempat yang mungkin didatangi Cleo yang luput dari perkiraan kita” ucap Melody lesu karena perasaaan lelah, khawatir, kecewa, sedih , marah bercampur dalam dirinya.



“Cleo, kamu yakin tidak ingin memberitahukan yang lain?, Pasti mereka akan khawatir”. Mendengar pertanyaan itu Cleo hanya menggeleng sambil tersenyum tegar. “Aku punya banyak tabungan, sangat banyak. Aku yakin aku bisa sendiri” jawab Cleo. “Bukan itu yang saya maksud nak. Tapi, pasti mereka semua khawatir mencari kamu. Kamu akan pergi jauh, dan tidak akan ada yang tahu nasib kamu selanjutnya. Kalau masalah uang tabungan, saya tidak menghawatirkan itu saya tahu kamu pasti tidak akan kekurangan”. “Tapi. Aku ingin jika pulang nanti semuanya seperti dulu dan tidak ada masalah,beban ataupun sesuatu yang perlu dirahasiakan lagi. Tapi jika aku tidak pulang lagi, setidaknya mereka tidak perlu larut dalam kesedihan, karena mereka sudah mulai terbiasa tanpa aku” sambung Cleo kali ini senyumnya mulai sedikit memudar digantikan kesedihan rasa rindu. “Baiklah kalau itu yang kamu mau. Saya sudah mengabari yang diluar. Besok kamu sudah bisa berangkat ke luar negri” 



Cleo berbaring tidak berdaya, ia takut memikirkan segala yang akan terjadi besok, lusa , minggu depan bulan depan, ia tidak ingin memikirkannya. Saat berangkat ke Rumah Sakit yang berada di luar negri, Cleo berharap ada yang menyemangatinya, menemaninya tapi ia tidak ingin harapannya dan harapa orang-orang yang sayang dengan dirinya hancur lebur jika ternyata pengobatannya tidak berhasil. Kelainan jantung yang dialaminya sudah pada tahap kritis, ia bahkan baru tahu beberapa bulan lalu saat tubuhnya merasa jantungnya tidak berdetak lagi, rasa sakit di dadanya sudah dibatas kewajaran, dan ternyata dokter kepercayaan keluarganya memberikan kabar buruk, bahwa ia mengalami kelainan jantung, dokter pribadinya pun meminta maaf karena tidak menyadarinya lebih awal.

Tiba di RS rujukan dari Indonesia, kondisi Cleo sudah sangat parah. Ia bahkan tidak merasakan tubuhnya lagi, sakit yang dialaminya membuatnya terus menjerit kesakitan, detak jantungnya semakin melemah. Cahaya diruang bedah begitu menyilaukan membuatnya semakin pusing, para dokter asing tidak berhenti menyuntikan sesuatu dalam tubuhnya, selang dan berbagai peralatan dokter dipasang ketubuh Cleo semua itu membuat tubuhnya semakin semakin sakit, tidak lama kemudian ia tidak sadarkan diri. Segala suara hilang tergantikan keheningan.



Kurang lebih 8 jam Cleo harus berjuang diruang bedah, perlahan-lahan Cleo bisa merasakan sakit yang begitu hebat ditubuhnya, ia tidak bisa menggerakan tubuhnya, tubuhnya terasa kaku, matanya pun enggan terbuka. Andaikan ia tidak sendiri, andaikan ada yang membantunya, kini ia harus berjuang melawan rasa sakit , jika ia kalah maka ia tidak akan pernah bisa membuka matanya lagi. Terdengar begitu mudah tapi bagi Cleo itu sangat sulit.



Setelah berhari-hari mencari, menyebarkan iklan akan kehilangan Cleo. Akhirnya ada sedikit harapan untuk bertemu Cleo kembali. Wajah letih dan beberapa keriputan terlihat jelas diraut wajah mama Cleo, sudah 4 hari Melody menemani mama Cleo yang hanya bisa menangis. “saya bisa memberitahukan Cleo dimana. Tapi terlalu besar resikonya?”. “Katakan dokter!, saya ingin bertemu anak saya” pinta mama Cleo setengah memohon. “ia katakan. Kami sangat mengkhawatirkan Cleo” pinta Melody juga. “Tapi apa kalian bisa tegar jika mengetahui kondisi Cleo? Apa kalian bisa memberikannya semangat? Bukan menambah bebannya karena melihat keliat sedih saat mengetahui kondisinya”. “Itulah gunanya sahabat, selalu saling memberikan semangat. Saya akan, saya janji !” jelas Melody dengan tekat bulat. “Saya ini mamanya. Saya harus tau dimana anak saya, Saya tidak bisa menjanjikan apapun kepada anda” sahut mama Cleo sambil menangis. “Bahkan jika kalian melihat Cleo diam kaku dan tak bernafas lagi kalian sanggup?” perkataan terakhir dokter pribadi keluarga Cleo membuat Melody dan mama Cleo terdiam, ada pukulan dahsyat dari dalam diri mereka.

“Apa-apaan anda berkata begitu dok?” teriak Melody geram. “Hingga saat ini saya belum mengetahui kabar pasti dari Cleo, tapi saat ini Cleo sedang ditangani dengan dokter yang benar-benar hebat. Saya sudah mengenal dokter Frans sejak lama, saya mengetahui kemampuan beliau. Kabar terakhir yang saya dapat. Cleo berhasil dengan operasi jantungnya karena kelainan jantung yang dialami mengharuskannya melakukan operasi diluar Negeri, tapi Cleo belum siuman sejak selesai operasi yang dialaminya. Jika Cleo tidak juga sadar maka itu sangat membahayakan baginya” dokter pribadi tersebut memberitahukan informasi tentang Cleo, ia ingin yang terbaik buat Cleo, mungkin saja dengan kehadiran orang-orang berarti baginya mampu membuat Cleo melewati perjuangan hidupnya. 

Setelah mendapatkan alamat RS tempat Cleo berobat, Melody dan mama Cleo langsung berangkat. Beberapa jam dalam pesawat dengan segala pikiran mengenai Cleo, akhirnya mereka bisa menemukan sosok Cleo yang pucat, dengan berbagai peralatan medis ditubuhnya. Mama Cleo meneteskan air mata melihat kondisi putrinya, Melody ikut menangis tapi segera menghapus air matanya. “Hay Cleo, kamu harus berjuang. Kami datang untuk menyemangati kamu” ucap Melody sambil memegang tangan sahabatnya. Mama Cleo masih saja menangis, sedangkan Melody bernyanyi kecil untuk mengusir suasana tidak menyenangkan diruangan rumah sakit “kali ini aku nyanyi lagu Shonichi deh. Kamu suka lagu Shonichi kan?. Tapi kamu bangun yah. Kita nyanyi bareng” pinta Melody sambil terus menatap kearah sahabatnya yang dari pertama datangnya hingga sekarang masih saja menutup mata. 

Esoknya Cleo belum juga bangun. Mama Cleo me-ngelap tubuh anaknya , menyisirkan rambut Cleo, memakaikan bedak, bercerita. Kini mama Cleo tidak menangis lagi, meski sedih ia ingin bisa menyemangati anaknya. Melody baru saja selesai mandi sambil bersenandung lagu jepang. “gimana tante? Tadi ada dokter yang memeriksa keadaan Cleo kan?” Tanya Melody sambil menyisir rambut basahnya “ada perkembangan. Cleo semakin membaik. Tidak lama lagi ia akan sadar, begitu kata dokter” jawab mama Cleo sambil tersenyum, mama Cleo benar-benar bersyukur mengetahui anaknya punya sahabat seperti Melody. 

“Tanteee. Liat Cleo buka mata” tiba-tiba Melody menjerit bahagia melihat Cleo membuka mata, segera ia berlari mencari dokter. Dokter memeriksa keadaan Cleo dan mengatakan semuanya baik. “Mama?, Melody? Kok bisa ada disini” Tanya Cleo heran , terlihat butiran air mata keluar dari mata gadis itu tapi segera dihapus. “Untuk menyemangati kamu” jawab Melody tersenyum ceria, Mama Cleo tidak sanggup menjawab, ia hanya bisa memeluk bahagia anaknya. “Kamu tidak marah sama aku Mel?” Tanya Cleo mengingat kejadian terakhir mereka ketemu. “Aku tahu kamu begitu pasti ada sebab dan alasannya meskipun baru sekarang aku tau jawabannya. Tapi masa ia bertahun-tahun kita bersama hanya karena masalah sepele. Kau meremehkaan kesetian ku haa” jawab Melody sambil mengedipkan satu matanya kemudian berlari memeluk sahabatnya itu sambil bernyanyi. “kamu bisa nyanyi lagu Shonichi?” Tanya Cleo. “Baru belajar. Rencananya biar kamu takjub terus memaafin kesalahan aku yang aku sendiri ga tau itu apa” sambung Melody sambil tersenyum.

-- Selesai --

No comments:

Post a Comment